Pages

Labels

Senin, 01 April 2013

Pemburu Bangunan Tua




Setiap bangunan tua, punya memori panca indra. Saya selalu meyakini itu. Di setiap lapisan tembok sebuah gedung tua yang mulai mengelupas, tersimpan cerita tentang tangan-tangan manusia lintas zaman yang pernah menyentuhnya. Ada yang menyentuh dengan penuh riang karena sebelah tangan digenggam sang penakluk hati, ada yang menyentuh dengan geram diliputi amarah karena kehidupan tak kunjung berpihak kepadanya, ada yang menyentuh dengan tangis yang masih membasahi jemari usai menyeka pipi yang berleleran air mata, atau entah tangan dalam kondisi apa lagi yang pernah menyentunya.

Pernah meletakkan telapak hingga nyaris menyentuh dinding tua semacam itu? Menyisakan jarak sekitar 3 cm antara telapak dan dinding. Merasakan kombinasi udara hangat-dingin-hampa yang tercipta di antaranya. Tidak pernah? Cobalah sekali waktu.

Saya termasuk penggila bangunan tua. Saya lupa kapan tepatnya kegilaan itu bermula. Saya betah berlama-lama memandangi satu bangunan, menelusuri setiap sudutnya, mengendus aroma kuno yang tipis tersisa, bercampur dengan aroma modernitas yang terkadang tak punya ciri khas selain bau besi dan beton. Mereka-reka, manusia dari masa lampau seperti apa yang dahulu juga melewati rute yang saya jejaki. Apakah mereka juga berpikir tentang masa depan? Apakah mereka juga menelusuri masa lalu sama seperti saya?

Duduk terpekur membaca buku atau menulis di teras sebuah bangunan tua adalah favorit saya yang lain. Rasanya seperti dikitari aura entah apa dari berlapis-lapis zaman yang dahulu pernah saling menaklukkan. Membuat saya tersadar, suatu saat saya pun akan menjadi masa lalu dari sebuah zaman. Apakah akan ada yang mengingati saya nantinya, semua tergantung dari setiap goresan yang saya torehkan pada kanvas besar semesta.

Ah, saya rindu menyandang backpack, mengayun langkah di kota tua mana saja. Berburu sisa cerita dan mimpi. Siapa tahu, saya akan menemukan seberkas pertanda di sana. Tentang apa? Apa saja.

~esfand

0 komentar:

Posting Komentar